Handphone

Thursday, February 25, 2016

Asam Urat

KONSEP MEDIS


A.    PENGERTIAN
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih.

B.     ETIOLOGI
a.       Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
b.      Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).
c.       Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
d.      Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
e.       Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.

f.        Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

C.     PATOFISIOLOGI
1.      Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
2.      Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3.      Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol disekeliling kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.
4.      Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan enzim dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.
5.      Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh.
Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Stadium Arthritis Gout Akut
·         Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
·         Keluhan utama: nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
·         Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan, rempelo dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.
·         Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
2.      Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode interkritikal asimptomatik.
3.      Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum, kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine 24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium, Peningkatan kecepatan waktu pengendapan
2.      Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan lunak

F.      PENATALAKSANAAN
1.      Non farmakologi
a.       Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
b.      Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
c.       Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak kurang dari 100 g/hari.
d.      Rendah protein yang bersumber hewani.
e.       Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
f.       Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
g.      Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat
2.      Farmakologi
a.       Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
b.      Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).














KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
Identitas
Prosentase pria : wanita  2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa ( 30 th keatas)dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
Pemeriksaan fisik
·         Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
·         Nyeri tekan pada sendi yang terkena
·         Nyeri pada saat digerakkan
·         Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
·         Denyut jantung berdebar
Riwayat psikososial
·         Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
·         Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak sendi
2.      Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri / sekunder terhadap fibrositas.
3.      Risiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan kesulitan ambulasi dan keletihan
4.      Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap penyakit.
5.      Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap penyakit.

C.     INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak sendi
Tujuan :
Kriteria Hasil :
a.       Adanya dan tingkat nyeri.
b.      Fungsi dan mobilitas sendi :
1.       Keterbatasan pada rentang gerak.
2.       Adanya deformitas.
c.       Kekuatan Otot
Intervensi :
a.       Berikan penghilang nyeri sesuai kebutuhan.
Rasional : Nyeri dapat berperan dalam menurunkan mobilitas.
b.      Berikan dorongan kepatuhan pada program latihan yang ditentukan, yang  dapat meliputi latihan berikut :
1.       Rentang gerak
2.       Penguatan otot
3.       Ketahanan
Rasional : Program latihan teratur meliputi aktivitas rentang gerak, isometrik dan aerobik tertentu dapat membantu mempertahankan integritas fungsi sendi.
c.       Berikan dorongan untuk melakukan latihan yang sesuai denga tingkat aktivitas penyakit.
Rasional : Selama periode inflamasi akut, individu dapat mengimbolisasi sendi pada posisi yang paling nyaman.
2.      Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri / sekunder terhadap fibrositas.
Kriteria Hasil :
a.       Kebutuhan Tidur yang lazim, pola, terbangun pada malam hari.
b.      Adanya nyeri pada malam hari.
c.       Adanya fibrositis sekunder, ditandai oleh :
1.       Kesulitan mempertahankan tidur atau tidur non restoratif.
2.       Karakteristik titik tubuh nyeri tekan setempat.
Intervensi :
a.       Dorong klien untuk mandi dengan air hangat / pancur sebelum tidur, juga mungkin bermanfaat mandi pancur pada pagi-pagi untuk mengurangi kekakuan pagi.
Rasional : Air hangat meningkatkan sirkulasi sendi yang emngalami inflamasi dan merilekskan otot
b.      Dorong pelaksanaan ritual menjelang tidur. Misal : aktivitas hygiene, membaca atau minum hangat.
Rasional : Ritual menjelang tidur membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan tidur.
c.       Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur distraksi dan relaxsasi.
Rasional : Klien dengan penyakit inflamasi sendi sering mengalami gejala yang memburuk pada malam hari.
d.      Anjurkan posisi sendi yang tepat :
1.       Bantal untuk posisi ekstremitas.
2.       Bantal servikal
Rasional : Posisi tepat dapat membantu mencegah nyeri selama tidur dan terjaga.
3.       Risiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan kesulitan ambulasi dan keletihan
Kriteria Hasil :
a.       Pola sosial ini dan sebelumnya.
b.      Perubahan yang diantisipasi, keinginan terhadap suatu    peningkatan.
Intervensi :
a.       Dorong px untuk mengungkapkan perasaan dan mengevaluasi pola sosialisasinya.
Rasional : klien yang dapat menentukan apakah ola sosialisasinya memuaskan atau tidak.
b.      Diskusikan keuntungan menggunakan waktu luang untuk mempercayai diri (Membaca / membuat kerajinan tangan).
Rasional : Aktivitas hiburan dapat membuat seseorang lebih tertarik pada orang lain.
c.       Hindari menonton televisi berlebihan.
Rasional : Selain pendidikan dokumenter, TV mendorong partisipasi pasif dan biasnaya tidak menantang intelektual.
d.      Identifikasi hambatan utnuk kontak sosial.
1.      Kurang transportasi
2.      Nyeri
3.      Penurunan mobilitas.
Rasional : Masalah mobilitas umumnya menghambat mobilisasi, tetapi banyak kesulitan yang berkaitan dapat diatasi dengan perencanaan.
4.      Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap penyakit.
Kriteria Hasil :
a.       Kebutuhan akan dan kemampuan untuk menggunakan alat bantu.
b.      Besarnya ketidakmampuan pada aktivitas perawatan diri bisa teratasi.
Intervensi :
a.       Rujuk ke terapi akupasi untuk instruksi teknik penghematan energi dan penggunaan alat bantu.
Rasional : Terapi akupasi dapat memberikan instruksi khusus dan bantuan lebih lanjut.
b.      Berikan privasi dan lingkungan kondusif untuk melakukan setiap aktivitas.
Rasional : Lingkungan yang nyaman, aman, dapat menurunkan ansietas dan meningkatkan kemampuan perawatan diri.
c.       Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat adekuat.
Rasional : Kelelahan menurunkan motivasi untuk aktivitas perawatan diri.
d.      Jelaskan keterbatasan bahan rujukan swa.bantu sepertii dari Yayasan asam urat.
Rasional : Meningkatkan swa.bantu untuk meningkatkan harga diri.
5.      Kurangnya defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keterbatasan sekunder terhadap penyakit.
Kriteria Hasil :
a.       Untuk meningkatkan pengetahuan px tentang atau pengalaman kondisi artritis baik pribadi atau saudara, teman : perasaan beban dan pertanyaa.
b.       Membantu kesiapan dan kemampuan px dan keluarga px untuk belajar dan menyerap informasi.
Intervensi :
a.       Jelaskan tentang artritis inflamasi menggunakan alat bantu. Pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian px dan keluarga px tentang :
1.      Proses inflamasi
2.      Fungsi dan Struktur sendi
3.      Penyakit kronis alamiah
Rasional : Untuk menekankan pengertian yang baik terhadap proses penyakit dan tindakan yang dilakukan klien utnuk mengatasi gejala dan meminimalkan dampak.
b.      Ajarkan klien untuk menggunakan obat yang diresepkan dengan tepat dan untuk segera melaporkan gejala efek samping.
: Mentaati jadwal dapat membantu mencegah fluktuasi kadar obat dalam darah yang dapat menurunkan efek samping.
c.       Jelaskan penggunaan modalitas tindakan lain seperti :
1.      Penggunaan pemanas atau pendingin lokal.
2.      Alat bantu
3.      Latihan
Rasional : Cedera dapat menurunkan mobilitas lebih jauh dan motivasi untuk melanjutkan terapi
d.      Jelaskan hubungan stress pada penyakit inflamasi. Diskusikan tentang teknik penatalaksanaan stress :
1.      Relaksasi pronfesik
2.      Bimbingan imajinasi
3.      Latihan teratur.
Rasional : Penggunaan efektif teknik penatalaksanaan stress dapat membantu meminimalkan efek stress pada proses penyakit.
e.       Pertegas pentingnya perawatan tindak lanjut rutin.
Rasional; : Perawatan tindak lanjut dapat mengidentifikasi dini komplikasi dan membantu mengurangi ketidakmampuan karena disuse.




















DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidinhttp://dr-suparyanto-m.kes.blogspot.com(Online) 01 Juli 2012.

No comments:

Post a Comment